Kamis, 14 April 2016

5 Kesalahan Orangtua Saat Memberi Instruksi kepada Anak

Jangan Sampai Salah  Memberi Instruksi Kepada Anak!




Bagi orangtua, memberi perintah atau instruksi kepada anak bukan hal yang mudah dilakukan. Jawaban yang sering orangtua dapatkan adalah 'Sebentar!" atau malah tidak mendapatkan respon sama sekali, dan hal ini sering membuat frustrasi. Pada akhirnya, orangtua akan melakukan sendiri tugas yang ia perintahkan, atau memilih untuk berteriak atau mengomel untuk membuat anak patuh.

1. Jangan memberikan terlalu banyak instruksi
Jika Anda selalu butuh beberapa kali instruksi untuk membuat anak Anda patuh dan melakukan apa yang Anda instruksikan, mungkin Anda perlu melihat kembali cara Anda berkomunikasi dengan anak. Ada beberapa kesalahan umum yang orangtua lakukan yang membuat anak tidak mendengarkan Anda. Dikutip dari situsDiscipline.about.com pada Rabu (12/4/2016), berikut 5 hal yang harus Anda perhatikan.
Orangtua cenderung memberikan terlalu banyak perintah pada anak dalam satu hari mulai dari 'ambil kaus kakimu," atau 'makan yang benar' dan banyak perintah lainnya. Semakin sering anak bertingkah laku yang tidak seharusnya, semakin banyak ia menerima instruksi dari orangtuanya. Jika Anda terlalu sering mengomel, kata-kata yang Anda ucapkan hanya akan terdengar seperti suara bising di telinga sang anak. Jangan mengomel pada anak karena hal-hal sepele, pilih hal-hal penting saja saat ingin memberikan instruksi pada anak.
2. Anda tidak memberikan instruksi yang jelas
Kata-kata yang Anda ucapkan sangat penting. "Bisakah kamu menggosok gigimu sekarang?" menyiratkan bahwa sang anak punya pilihan untuk menggosok giginya pada saat itu juga atau pada waktu lain. "Gosok gigimu sekarang, oke?" memberikan instruksi yang lebih tepat dan jelas. Berikan instruksi yang menunjukkan bahwa Anda adalah orangtua yang harus didengarkan, namun dengan cara yang tenang dan tegas.
3. Anda terlalu banyak mengulang instruksi
Terus menerus mengulang perintah dan mengomel justru membiasakan anak bahwa ia tak harus melakukan apa yang Anda katakan langsung setelah ia mendengar perintah tersebut pertama kalinya. Anak akan terbiasa dengan perintah yang berulang-ulang dan merasa bahwa ia tak harus mendengarkan Anda jika Anda baru sekali bicara. Jika anak tidak langsung mengerjakan apa yang Anda perintahkan, berikan ia peringatan. Jangan biarkan anak mengabaikan kata-kata Anda meskipun Anda baru mengucapkannya satu kali.
4. Anda tidak memberikan konsekuensi
Jika Anda memerintahkan anak Anda untuk menggosok gigi dan ia tidak mendengarkan Anda, Anda harus memberikan konsekuensi. Jika tidak, ia akan menganggap bahwa ia tak harus melakukan apa yang Anda perintahkan kepadanya. Peringatan tanpa adanya hukuman juga tak akan bekerja efektif. Jika anak tidak kooperatif, berikan hukuman kecil yang akan membuatnya mengerti bahwa akan konsekuensinya jika ia tidak melakukan perintah orangtuanya.
5. Anda tidak memberikan penghargaan kepada anak
Perhatian dan penghargaan sangat penting untuk membuat anak merasa termotivasi untuk melakukan instruksi atau perintah dari orangtuanya. Anda tak harus selalu memberinya hadiah setiap dia melakukan perintah dari Anda, namun penghargaan dan apresiasi sangat diperlukan. Afirmasi dari orangtua akan membuat anak termotivasi untuk berperilaku baik dan mengikuti instruksi.


Sumber: http://lifestyle.liputan6.com/read/2482715/5-kesalahan-orangtua-saat-memberi-instruksi-kepada-anak

Tak Kuliah, Pemuda 19 Tahun Ini Sukses Bangun Perusahaan

Tak Kuliah, Pemuda 19 Tahun Ini Sukses Bangun Perusahaan


Max lock, pengusaha muda yang memutuskan untuk tidak kuliah dan membuat bisnis (www.seattletimes.com)


Liputan6.com, Jakarta - Ketika anak-anak di usia 15 tahun melihat es krim sebagai makanan pelepas dahaga, Max Lock justru memikirkan hal yang lain. Saat berumur 15 tahun, Lock tak menikmati es krim seperti teman-temannya namun justru berpikir cara untuk memproduksi es krim tersebut.

Tinggal di Portland, Oregon, AS, awalnya pria yang sekarang berusia 19 tahun ini bekerja sebagai administrator IT di sebuah toko pizza di Philadelphia. Restoran tersebut memiliki es krim dengan rasa yang tidak enak.

Saat pertama kali mencoba es krim di toko pizza itu, Lock merasa jijik. Dia kemudian berniat untuk membuat es krim yang lebih enak. Akhirnya siswa SMA ini meluncurkan Schoolboy Ice Cream. Ice Cream yang dibikin Lock ternyata disukai sehingga Schoolboy Ice Cream diakuisisi oleh toko pizza tersebut. Bahkan tak lama kemudian perusahaan es krim tersebut diambil oleh WholeFoods.

Saat ini, Lock menjalankan sebuah bisnisstartup yang berfokus pada ulasan dan kutipan untuk industri pelayaran internasional. Ide ini didorong pengalaman dia dalam mengelola manufaktur kontainer es krim dan yogurt beku ke luar negeri. Startup yang berbasis di Portland tersebut ia namai Fleet. 

Baru-baru ini, Fleet mengumumkan telah mendapat kucuran dana sebesar US$ 4 juta atau setara dengan Rp 52,88 miliar (estimasi kurs 13.220 per dolar AS) dari perusahaan modal ventura yang berbasis di Dallas, Hunt Technology Ventures.

Setelah lulus SMA, Lock sebenarnya sempat ingin masuk ke perguruan tinggi di San Francisco, di mana dia sudah terdaftar di bootcamp coding. Dalam waktu yang bersamaan, kompetisi bergengsi untuk menarik investor yaitu Tech Crunch Disrupt, sedang berlangsung.

Lock mengikutinya hanya dengan sebuah ide untuk perusahaan. Dia memikirkan, harus ada cara yang lebih baik untuk berkomunikasi dengan ekspedisi internasional. Gagasan tersebut datang ketika Lock menjalankan perusahaan sebelumnya, Intergreen Distributor, yang membuat wadah yoghurt beku dan perlengkapan lainnya.

Lock menjadi runner-up pada 2014 pada kompetisi tersebut. Ia didekati oleh Thiel Foundation, dan dianugerahi Thiel Fellowship, sebesar US$ 100 ribu atau setara dengan Rp 1,32 miliar.

Program ini kemudian membayar pengusaha muda yang putus kuliah agar bisa fokus pada pekerjaan lain. Untuk Lock, dana tersebut ia gunakan untuk membangun perusahaan. Perusahaannya kini memiliki 13 karyawan. (Shabrina Aulia Rahmah/Gdn)

Sumber: http://bisnis.liputan6.com/read/2483336/tak-kuliah-pemuda-19-tahun-ini-sukses-bangun-perusahaan